Wednesday, July 4, 2012

The big thing

masih inget banget asal ngeadd grgr contact ilang dr retweet-an sasha. terus baru besoknya (9may) chat & ngira kamu seumuran sama aku. aaand then the story begins...btw 2009 tuh bukan 2010 :o wa

The observant

not me who wrote this, i copied from safina's blog. This is the view point from Akmal Umar, the genius. 

GIVETRA DERUVAST


3 tahun kita bareng. Though, gue juga gak perlu ngingetin itu, karena seolah-olah interpretasi waktu "3 tahun" itu dilas di kepala kita, menjadi ingatan yang gak bisa diapus. Menjadi sebuah ide pahit yang tertanam di kepala kita. Setelah 3 tahun ini, apa yang bakalan terjadi? Apakah kita berpisah begitu saja? And this, finally, is a story.

Selama gue di labschool, beberapa mungkin sadar kalo gue itu amat sangat pendiam. Bukan, bukan karena gue dikutuk ngeluarin kadal dari mulut gue selama 100 hari 100 malam, tapi karena gue lebih suka mengamati orang. Melihat kebiasaan, perilaku dan pikiran seseorang terhadap orang atau benda lain. Well, itu dan gue gaada yang bisa dibicarain sama orang lain-_-
Anyway, selama masa gue mengamati orangorang absurd bin aneh di sekitar gue yang dulu dikenal sebagai "angkatan 9", gue nyadar sesuatu, "what kind of fucked up people am I going to be stuck with?". Serius, kalian itu dulu orang-orang aneh bagi gue, orang-orang yang tidak mengerti aturan atau perintah siapapun. Orang-orang jahiliyah #lebay. Pas mos, udah dikasih tau tentang labschool, budaya-budayanya, dan cara biar menjadi seorang Labschoolian. Tapi nggak ada yang peduli. Not a single fuck was given that week. Pas masuk kelas juga sama aja. Tapi, pas masuk kelas ini juga gue sadarin waktu dulu, orang-orang "angkatan 9" itu ribut, asik, dan seru. In a good and a bad way. Pas pemilihan osis, gue melihat lebih banyak hal lagi. Bakat-bakat yang gue gak bakalan kepikiran dari seseorang ternyata muncul. Banyak yang ternyata terlahir sebagai orator, main musik, ngelukis atau bahkan, main yoyo. Tapi selama masa-masa jahiliyah itu, gue melihat ke kelas 8 dan 9 dan sadar bahwa angkatan 9 ini nggak solid dan bakalan hancur.
Kelas 8. Ahh... The sweet scent of freedom. Alasan kenapa kelas 8 adalah masa liberal angkatan 9 adalah kegiatan orientasi di kelas 8 sedikit, gaada tekanan dari pihak manapun, dan, karena osis mereka lagi ngejabat, we're the freaking rulers of the school. Nah disini gue ngeliat sesuatu lagi. Ternyata yang sebutannya "kesele9", "nawadighana reska hanggakara" yang baru aja naik, dan "bimensi", menunjukkan suatu hal lain yang ngebuat gue kaget, kemampuan berorganisasi. Honestly, panitia acex-labspart bekerja hampir flawless. Halus, nggak ada kekacauan atau keributan whatsoever. Di masa ini juga kesele9 mulai nunjukkin keragamannya dalam hal apapun. Bakat yang baru sedikit terkeruk di kelas 7 mulai dieksploitasi lebih lanjut, ada yang emang dari diri sendiri, atau diexploitasi dari luar. Yang bisa main yoyo diliatin lebih lanjut pada masa ini, yang bis shuffle, yang jago naik fixie, yang bisa parkour mulai terbuka pada masa ini. Karena sekarang udah punya adek kelas, kedewasaan juga udah ningkat. Nakra juga ngeliatin wibawa dan kekuasaannya dengan baik, gak vulgar-vulgar amat tapi juga nggak tertutup-tertutup amat. Berpindah dari jahiliyah, kesele9 udah punya kontrol. Mulai bisa mengendalikan perilaku. Dan ini menjadikan tahun 2010/2011 adalah masa kejayaan kesele9, bagai kenaikan Sultan Suleiman bagi Kerajaan Ottoman, bagai kenaikan Raja Hayam Wuruk bagi Kerajaan Majapahit, atau bagai Deklarasi Kemerdekaan bagi Amerika. Dari sini, gue mulai tertarik sama angkatan 2009 ini. Tapi yah, sebagai ciri khas kesele9, orang-orang ini masih terpisah-pisah ke berbagai golongan dan belom bisa solid dengan penuh di luar kepanitiaan atau kelompok bimensi. Dan, pada bulan juni 2011, our leader was chosen.
Ahh.... Kelas 9. A year when I thought everything would be purrfect. Tapi nggak. Kesele9 jatoh di beberapa bulan pertama. Mulai kembali ke jahiliyah, kesele9 mulai mengacuhi perintah lagi, mulai melanggar peraturan lagi, mulai melenceng dari peraturan Labschoolian. Bahkan ketua kita yang terhormat aja gabisa ngatasin. Banyak orang yang udah mulai putus harapan, hilang kepercayaan, dan keterikatan sama kesele9. We were screwed. Well, at least pada suatu hari di bulan agustus, masa itu akan perlahan sirna. Pada hari itu, hal paling krusial dari kesele9 terpilih, nama. Nama yang keren bagi gue. Pokoknya gimanaa gitu. Keren aja. Artinya juga bagus. Anyway, garagara ini, motivasi sang ketua, motivasi guru, dan keyakinan masing-masing, kumpulan orang-orang absurd ini mulai bisa membenahi diri mereka masing-masing. Mulai kembali ke masa kejayaan kelas 8 sambil memperbaiki masalah bebuyutan angkatan 9, solidaritas. Banyak hal yang dilakukan di semester 1 kelas 9 untuk meningkatin solidaritas, dari forum-forum yang ridiculously too many dan adanya malah ngungkit masalah-masalah yang udah lewat, speaker yang ngomongin solidaritas, buku terbitan baru, atau eksploitasi hepatitis yang besar-besaran. Basically, none of this are super effective against them. Mereka masih gak solid-solid juga. Walaupun gini, kepanitiaan farewell sama buku kenangan yang mencakup area yang lebih besar dari acex-labspart juga ngebantu ningkatin solidaritas. Kemauan masing-masing dari mereka juga menunjukkan kemajuan. Kelas akselerasi mulai ikut-ikut sama yang reguler. In a best possible way. Yang cowok bener-bener udah nyatu. Kalo yang cewek, baru sedikit tapi banyak anak-anak reguler yang mulai narikin mereka satu-satu buat hangout bareng gitugitu. And, you know what they say, kemauan melebihi segalanya. Dan ini menunjukkan bahwa kemauan dan semangat angkatan 9 buat menggapai sesuatu yang selama ini menjadi kekurangannya sangat tinggi. They're back in the game. 
Kelas 9 memperkenalkan hal lain: tugas yang melimpah kayak hujan tinja. Di antara ini adalah, the all-time favorite, karya tulis ilmiah. "Hoh, semacam lukisan dibuat dari tulisan gitu ya? Keren dong!" Bukan. Amat sangat bukan. Udah pada tau ini kan? Nah, kartul ini membebani kelas 9 lebih dari apapun, bahkan bisa lebih dari pacar yang nggak bisa dihubungin selama 5 hari. 25 halaman penuh dengan keputus-asaan, kelelahan, keletihan, kelesuan (semacam iklan sangob*on gitu), mulai diserahkan dan dipresentasikan di depan guru-guru bahasa indonesia di labsky yang beberapa dianggap killer: pak ucok, bu yati, pak armat, dan bu dita. Hari-hari menunggu presentasi dipenuhi dengan jantung berdetak dengan hebohnya, paranoid hebat, dan diare tudemeks, hanya memikirkan apa yang akan terjadi selama 10 menit kematian di depan guru-guru tadi. Ternyata pas udah lewat, semua itu jadi bahan tertawaan, "Eh gue tadi dapet pak ucok loh. Gila si x dihajar abis-abisan loh hahaha", "lu gimana? Itu kenapa celana lu kena tumpahan air?", "i-itu bukan air...". Either way, tes praktek emang nyusahin banget, kecuali ini: musik. Tes praktek musik bener-bener ngagetin. Kayak ngeliat sisi lain dari angkatan ini. Angkatan ini sekarang menunjukkan spektrum warna yang spektakuler. Ada cowok yang bisa main biola, main drum, atau saxophone for crying out loud. Setelah melewati 3 tahun bareng mereka, gue mulai berpikir, "apasih yang angkatan ini gak bisa lakuin?"
And that brings them to this particular zone. Seen from a viewpoint of a regular civilian. Udah 3 tahun kita bareng. Banyak hal yang kita lewatin, suka atau duka. Dari mos sampai farewell. Lebih dari 700 hari dilewatin bareng, dengan tetap bergandengan tangan, tanpa dilepas. Kebersamaan eternal yang terus dibawa sampai mati. Jawaban dari pertanyaan tadi itu, nggak. Kita gak bakalan berpisah. Angakatan bakalan ada terus dalam ingatan, dalam jiwa, dalam semangat yang akan menemani sampai akhir hayat. Mungkin, mungkin ini bukan angkatan terkompak atau tersolid, but I'm fucking glad I'm in it, even though I'm only an observant. Ini menjadi angkatan yang ngebantu anggotanya buat maju, buat terus berkarya dan ngajak biar nggak nyerah karena apapun. Bagi banyak orang, angkatan ini menjadi punching bag pada masa pubertas, sebagai masa dimana orang-orang galau dan menyendiri. Tapi nggak, angkatan ini nggak ngebiarin anggotanya berdiam diri dan bersedih. They cheer the fuck out of them. Angkatan ini ngebuat gue merenung ketika gue berbuat buruk, tersenyum ketika gue lagi sedih, atau tertawa ketika gue murung. Buat yang skeptis, kalian juga harus akuin, men. Tanpa orang-orang hebat ini, kalian nggak bakalan berada dimana kalian sekarang berdiri. Kalian nggak bakalan ada temen yang selalu setia sama kalian. Teman-teman baik yang akan selalu membuat kalian senyum no matter what. This generation made me happy, and I hope it did the same thing to you guys. Bertaqwa, berintegritas tinggi, berdaya juang yang kuat, berkepribadian yang utuh, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, berintelektual tinggi, penuh semangat, enerjik, hasrat, penuh warna, motivasi, independen, seru, kocak, baik, jahil, berbakat, terlahir memimpin, patuh terhadap pimpinan, kreatif, inovatif, argumentatif, sportif, atletik, berseni, gembira, simpatik, bertanggung jawab, dan beragam. Perlu berhari-hari buat nulis kata-kata yang berhubungan sama angkatan ini. Keistimewaan persahabatan generasi ke 9 yang beragam dan tetap menjaga keutuhan sehingga menjadi kebanggaan tak tergantikan. They weren't kidding when they made that name. Weird name, huh? Nama itu udah terukir di pikiran kita selama setaun terakhir ini. And I hope it won't be forgotten, 'till our bodies are used no more. Kita bakalan selalu bersama, dimanapun berada. Dan, setiap kali kita menjalani rutinitas hidup di masa yang akan datang, kita akan teringat nama itu dan tersenyum.
the end
i shed a tear. 

Sunday, July 1, 2012